Thursday 21 April 2011

RENUNGAN PAGI: "TINDAKAN PENGORBANAN DIRI" (KAMIS PUTIH)

Kamis, 21 April, 2011

KAMIS PUTIH/SUCI

Yoh 13:1-15



“Jika Anda ingin melayani, jangan tanggalkan jabatan dan kedudukanmu tapi...”





Kalimat pendek di atas pasti mendatangkan pertanyaan bagaimana mungkin seseorang bisa melayani jika ia tetap mempertahankan pangkat, kedudukan dan statusnya dalam masyarakat? Misalnya; bagaimana mungkin seorang bos perusahaan atau seorang gubernur dapat melayani bila ia tetap mempertahankan statusnya sebagai seorang gubernur atau bos perusahaan? St. Paulus mengerti tindakan Yesus dalam hal melayani dengan rumusan kata-kata yang indah ketika ia menulis surat kepada Filemon; “Meskipun dalam rupa Allah tetapi Ia tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah, mengosongkan Diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan merendahkan Diri-Nya, menjadi taat sampai mati di kayu salib.” (Fil 2:6-8)



Makna perayaan Tri Hari Suci menjadi alasan mengapa St. Paulus menuliskan kepada Filemon kata-kata indah di atas. Bagaimana Yesus menanggalkan jubah-Nya, mengambil air dan mulai mencuci kaki para murid serta mengeringkannya dengan kain di tanga-Nya. Demikian pun esok kita akan menyaksikan bagaimana cinta dan pengorbanan Yesus menjadi penuh dan lengkap ketika Ia harus mati di kayu Salib untuk menebus dosa manusia. Semuanya itu Yesus lakukan karena cinta-Nya yang tanpa batas kepada saudara dan aku. Cinta yang mengalir menembus batas dan tembok hati yang keras agar semua orang mengerti tentang cinta dan melakukannya untuk yang lain. Ia sendiri berkata; “Jika Aku Guru dan Tuhanmu sudah melakukannya untukmu saat ini, maka lakukanlah satu kepada yang lain di dalam hidupmu.”



Tindakan menanggalkan jubah dan mencuci serta mengeringkan kaki para murid yang basah mau mengatakan bahwa “jika seseorang tidak bisa menanggalkan keterikatan pada status dan jabatannya yang membuatnya menjadi sombong dan angkuh maka ia tidak mungkin dapat melayani dengan tuntas, dengan cinta yang sempurna.” Dengan kata lain, selama kesombongan dan keangkuhanmu akan pangkat dan kedudukanmu masih melekat erat dalam hati dan pikiranmu, maka pelayanan apalagi pengorbanan yang Anda lakukan hanyalah sebuah tindakan penonjolan diri yang didorong oleh keinginan untuk mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang lebih dari orang lain, dan bukannya sebuah tindakan cinta yang dilandasi oleh pengorbanan diri. Benarlah penegasan di awal tulisan ini; “Jangan tanggalkan pangkat dan jabatanmu karena itulah anugerah Allah untukmu. Bukankah semuanya itu Anda dapatkan karena usaha keras dan pengorbanan diri?” (Kecuali jabatan atau kedudukan yang Anda miliki saat ini, didapatkan dengan cara yang tidak halal...masa ada sih? Ya, pastilah! Siapa tahu! Maaf, jika ada yang kena tembakanku) Karena itu, yang seharusnya Anda tanggalkan adalah keterikatanmu terhadap semua yang Anda miliki dan mulailah melayani orang lain di sekitarmu. Aku selalu percaya bahwa “hanya mereka yang memiliki sifat rendah hatilah yang mampu melayani dengan cinta yang besar kendatipun mungkin perbuatannya hanyalah sesuatu yang rutin atau kecil saja.”



Aku membayangkan bila di hari ini seorang nyonya rumah tangga bisa memasak dan mempersilakan pembantunya untuk menyantap hasil masakannya, maka tentunya akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi seorang pelayan kecil seperti pembantumu; jika hari ini seorang anak yang biasanya dimanjakan bangun dan mulai menyapu dan membersihkan rumah atau mencuci peralatan yang kotor, maka bukankah air mata kebahagiaan akan mengalir dari mata ibunya? Atau jika hari ini seorang suami mencoba untuk melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh istrinya; seandainya dan seandainya...Tapi jika pengandaian ini benar-benar diperbuat oleh setiap pembaca renungan pagi ini maka betapa indah dan nikmatnya cinta itu. Ya, cinta hanya bisa mendapatkan maknanya ketika saudara dan aku mau mengorbankan sesuatu dalam diri kita dan mulai melayani dengan cinta. Anda bukanlah seorang hamba tapi ketika melayani sebagai seorang hamba maka Anda telah membuat semua mata memandang kagum dan hati merenungi tentang siapakah Anda bagi mereka. Itulah makna kehadiran sebagai berkat bagi orang lain. Itulah roti yang terpecah-pecah dan memberi berkat bagi orang lain. Buatlah hari ini menjadi moment yang tak terlupakan oleh mereka yang Anda layani sepanjang hidup mereka. Ingatlah akan pesan Yesus di akhir Injil hari ini; “Aku telah memberikan kepadamu sebuah contoh untuk berbuat/melayani, Aku telah melakukannya untukmu, maka perbuatlah juga seorang kepada yang lain.” Masa Anda tidak bisa? Aku tetap percaya bahwa Anda mampu melakukannya, setidak-tidaknya untuk hari ini saja dulu.





Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,



***Duc in Altum***

No comments:

Post a Comment